Minggu, 15 September 2013

fitofarmaka



FITOFARMAKA


A. Pendahuluan
            Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah mementuh persyaratan (Permenkes RI No.760, 1992).
            Sediaan obat dalam bentuk ekstrak (monoekstrak) mengandung camapuran senyawa kimia yang kompleks.  Masing-masing komponen senyawa mempunyai efek yang berbeda-beda dengan efek yang ditimbulkan secara keseluruhan.  Komponen senyaw yang terkandung dalam suatu sediaan ekstrak dapat dibedakan atas: 1). senyawa aktif utama, 2).  Senyawa akti sampingan, 3). Senyawa ikutan (antara lain: selulosa, amilum, gula, lignin, protein, lemak).  Keseluruhan senyawa tersebut akan berperan sehingga menimbulkan efek keseluruhan yang ada.  Golongan senyawa yang aktivitasnya dominan disebut senyawa aktif utama (hanya pada beberapa sediaan saja dapat diterangkan; terutama pada senyawa-senyawa aktif yang sudah benar-benar diketahui).  Adapun pengaruh-pengaruh golongan senyawa lain dapat memperkuat atau memperlemah efek akhirnya secara keseluruhan.
            Sediaan ekstrak dapat dibuat pada simplisia yang mempunyai:
  1. Senyawa aktif belum diketahui secara pasti.
  2. Senyawa aktif sudah dikenal, tetapi dengan isolasi, harganya menjadi lebih mahal.
  3. Senyawa aktif sudah diketahui tetapi dalam bentuk murni tidak stabil.
  4. Efektivitas tumbuhan hanya dalam bentuk segar saja, bila telah melalui proses pengeringan menjadi tidak berefek.
  5. Efek yang timbul merupakan hasil sinergisme.
  6. Efek samping berkurang bila dibanding dengan bentuk murni.
  7. Efek tidak spesifik, hanya efek psikosomatik.
  8. indeks terapetik dalam bentuk campuran relatif lebih lebar bila dibanding dengan indeks terapi dalam bentuk murni.


B.  Standardisasi
            Standaridisasi adalah penetapan kualitas suatu bahan obat menggunakan senyawa atu bahan baku pembanding dan didasarkan atas suatu harga rentang tertentu (nilai terendah dan nilai tertinggi).  Suatu bahan obat yang telah terstandarisisr berarti mempunyai nilai terendah dan nilai tertinggi.  Sebagai contoh adalah ekstrak belladonae mengandung paling sedikit 1,3% dan paling tinggi 1,45% alkaloid hiosiamin.  Bila hanya dinyatakan dengan satu harga tidaklah berarti bahwa bahan obat tersebut terstandardisir misalnya ekstrak Timi mengandung paling sedikit 0,03% fenol dihitung sebagai timol.  Standardisasi untuk suatu produk sediaan obat (ekstrak) adalah stuatu persyaratan dapat diwujudkannya reprodusibilitas terhadap kualitas farmasetik maupun terapetik.  Pada upaya standardisasi tersebut perlu ditentukan persyaratan standard yang diharuskan.  Pada pelaksanaan standardisasi tersebut perlu pula dilakukan dengan berbagai macam metode (pengujian multifaktorial).  Standardisasi suatu sediaan obat (ekstrak) tidaklah sulit bila senyawa aktif yang ebrperan telah diketahui dengan pasti.  Pada prinsipnya standardisasi dapt didasarkan atas senyawa aktif, kelompok senyawa aktif maupun atas dasar senyawa karakter (bila senyawa aktif belum diketahui dengan pasti).  Bila digunakan senyawa  karakter pada upaya standardisasi, maka dalam hal ini hanyalah bertujuan untuk dapat membantu menentukan kualitas  bahan obat tersebut.  Senyawa karakter yang dipakai haruslah spesifik dan digunakan selama senyawa aktif belum diketahui dengan pasti.  Standardisasi dapat dilakukan seara fisika, kimia, maupun biologik.
            Pada prinsipnya standardisasi suatu bahan obat / sediaan obat dilakukan mulai dari bahan baku sampai dengan sediaan jadi (mulai dari proses penanaman sehingga akan terwujud suatu homogenoitas bahan baku).  Pengontrolan yang ketat terhadap bahan baku hasil kultivasi (pemilihan bibit, pengontrolan lahan penanaman, saat panen, pengeringan dan atau pengontrolan terhadap setiap tahap proses dari bahan baku sampai dengan bentuksediaan jadi) dapat diharapkan terwujudnya suatu homogenitas bahan obat / sediaan fitofarmaka.  Untuk keperluan pengontrolan kualitas sediaan jadi diperlukan berbagai segi yang harus diperhatikan yaitu:


1.  Sifat sediaan obat
            Sebagai contoh adalah penggunaan ekstrak kering sebagai bahan obat, maka harus diperhatikan kelarutannya.  Secara sensorik diperlukan uraian tentang warna dan bau (bila telah dipastikan bahwa sediaan tidak toksik, dapt dilakukan uji rasa).   Pada ekstrak kering diperlukan uraian tentang kecepatan pepelarutan; untuk ini derajad halus partikel memegan peranan penting (diuji dengan  berbagai macam ayakan dan diuji pula banyaknya partikel per satuan luas di bawah mikroskop).  Adapun tentang pengujian warna sediaan dapat didasarkan atas wrna pembanding dari ekstrak standard atau suatu zat pembanding tertentu.  Pada pengujian warna tersebut dapat digunakanmetode spektrofotometrik pada panjang gelombang tertentu.

2.  Pengujian identitas.
            Pada pengujian identitas ini dapat digunakan reaksi-reaksi pengendapan maupn reaksi-reaksi warna atau menggunakan metode kromatografi.  Metode kromatografi merupakan metode yang mempunyai arti penting.  Hal ini dikarenakan dapat dideteksinya senyawa-senyawa yang terlebi dahulu dipisahkan dan dapat dilakukan pula pengujian kualitatif atas dasar kromatogram secara keseluruhan (fingerprint).  Disamping kromatografi lapisan tipis dapat pula dilakukan dengan kromatografi kinerja tinggi dan kromatografi gas.

3.  Pengujian kemurnian ekstrak/sediaan
            Dalam hal ni termasuk pengujian terhadap senyawa-senyawa ikutan yang dakibatkan dari proses pembuatan dari tahap awal sampai tahap akhir.

4.  Kadar air
            Kadar air yang relatif besar pada sediaan-sediaan ekstrak kering (yang mengandung glikosida) akan mempengaruhi stabilitas sediaan karena kemungkinan terjadinya hidrolisis.  Untuk keperluan ini maka perlu ditentukan batas kadar air yang tertinggi.


5.  Logam berat
            Kadar logam berat perlu ditentukan untuk menghindari efek yang tidak diinginkan.  Untuk keperluan ini dapat digunakan kadar logam berat secara total maupun secara individual (Spektrofotometer Serapan Atom).

6.  Senyawa logam
            Pada sediaan ekstrak dapat pula tercemar dengan senyawa-senyawa logam (anorganik) selama proses penyiapannya.   Untuk dapat memberikan uraian tentang senyawa anorganik ini dapat dilakukan pengujian tentang kadar abu  atau kadar abu sulfat.

7.  Kontaminan alkali dan asam
            Pengujian terhadap kontaminan tersebut penting, bila berpengaruh terhadap stabilitas ekstrak.  Prosedur yang sederhana adalah dengan mengukur pH sediaan dalam bentuk larutan dalam air atau suspensi.  Untuk kepertluan tersebut dapat digunakan kertas indikator maupun pH meter (pH meter merupakan alat yang lebih cocok bila dibanding dengan kertas indikator, karena warna kertas indikator dapat terpengaruh dengan warna dari sediaan).

  1. Susut pengeringan.
Pengukurang sisa zat setelah pengeraingan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen.  Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap / atsiri dan sisa pelarut organik menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer / lingkungan udara terbuka.
  1. Kadar residu pestisida.
Menentukan kandungan sisa pestisida yang mungkin sja pernah ditambahka atau mengkontaminasi pada bahan simplisia pembuatan ekstrak.
     10.  Cemaran mikroba
            Menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang patogen secara analisis mikrobiologis.
     11.  Cemaran Kapang, khamir, dan aflatoksin.
            Menentukan adanya jamur secara mikrobiologis dan adanya aflatoksin dengan kromatografi lapis tipis.
     12.  Parameter sepsifik.
            Parameter ini meliputi: 1). Identitas ekstrak (nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yangigunakan, nama Indonesia, dan senyawa identitas), 2). Organoleptik (bentuk, warna, bau, dan rasa), 3)  senyawa terlarut dalam pelarut tertentu.

C.  Problema Pembakuan
            Pada sediaan ekstrak, disamping senyawa aktif terdapat pula senyawa lain (senyawa aktif sampingan atau senyawa ikutan), sehingga menimbulkan kesulitan dalam pembakuan sediaan tersebut.  Ditinjau dari senyawa aktif yang terdapat di dalamnya, terdapat berbagai macam variasi struktur molekulya.  Sebagai contoh pada kulit kina terdapat kinin, kinidin, sinkonin, dan sinkonidin, serta masih banyak alkaloid lagi.  Kontol kualitas terhadap semua senyawa aktif dihitung terhadap senyawa aktif utama.  Contoh yang lain adalah daun senna, kadar total hidroksi antrasena dihitung sebagai sennosid B.   Pada dasarnya pembakuan dapat dilakukan dari segi farmasetik-analitik serta biologik.  Atas dasar hal tersebut, apabila senyawa aktif belum diketahui, maka prose pembakuan menjadi sulit dilakukan. 
            Jika senyawa aktif belum diketahui, maka pembakuan didasarkan atas senyawa karakter.  Pembakuan yang didasarkan atas senyawa aktif atau senyawa karakter tersebut sangat essensial dalam rangka pembuktian identitas dan kemurnian simposia (terutama senyawa karakter).
            Fitofarmaka pada dasarnya merupakan produk modernisasi penggunaan tradisional, sehingga ekstrak-ekstrak yang dibuat haruslah mempunyai komponen kandungna yang sama seperti yang digunakan oleh masyarakat.
           



D.  Industri Fitofarmaka

            Pada obat modern, beberapa obat yang berasal dari tanaman kebanyakan digunakan sebagai senyawa murni dan beberapa merupakan ekstrak atau tingtur terstandardisasi  (tabel 2: ekstraks terstandardisasi yang saat ini digunakan untuk terapi dalam pengobatan modern).  Meskipun dalam pengobatan tradisional tanaman utuh atau bagian dari tanaman digunakan dalam benutk serbuk, rebusan, atau ekstrak; tanaman tunggal atau campuran tanaman boleh digunakan.  Teknologi dan peralatan yang dibutuhkan untuk produksi kebanyakan produktanaman ini relative sederhana.  Banyak negara berkembang dapat mendirikan pabrik untuk menghasilkan produk-produk ini, yang akan membantu dua hal yaitu dalam menjaga kesehatan dan juga perbaikan ekonomi.  Produk spesifik yang dihasilkan dan campuran produktidak hanya tergantung pada ketersediaan tanaman, menyangkut pertumbuhan dan penanaman, tetapi juga pola penyakit di negara tersebut.  Tergantung pada status teknologi industri suatu negara, produksi ekstrak terstandardisasi dapat diambil terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh produksi senyawa murni.  Isolasi konstituen murni atau fraksi ternstandardisasi tentu saja akan memberikan nilai tambah dan dimanapun hal itu penting dan mungkn harus terus dilakukan.  Dalam hal pengobatan treadisional akan menjadi berguna untuk modernisasi produknya, pengembangan formula yang cocok dan bentuk sediaan serta menetapkan standard bagi kontrol kualitas.

KRITERIA UNTUK SELEKSI PRODUK
            Beberapa kriteria untuk seleksi produk sebgai dasar pada produksi di industri tanaman obat sebagai bahan awal adalah sebagai berikut:
  1. Tanaman obat yang dibutuhkan untuk produksi harus tersedia yang mudah tumbuh spontan atau yang dibudidayakan di negara atau daerah tersebut.
  2. Obat harus diterima seca luas, digunakan dan atau dibutuhkan untuk mengobati penyakit menular (prevalen) di negara tersebut.
  3. Obat yang diperoleh dari tanamanoabt harus aman.
  4. Biaya pengobatan dengan obat harus kompetitif dengan obat sintesis untuk kategori terapetik yang sama.
  5. Produksi obat tersebut harus menawarkan manfaat ekonomi jangka panjang seperti pengganti impor atau daya pendapatan ekspor.
  6. Kemungkinan ekspor tanaman obat atau produk ke negara berkembang dan atau negara industri lain harus menjadi pertimbangan penting.
  7. Dalam masalah penelitian calon obat, produksi harus dipertimbangkan hanya setelah kemanjuran klinik telah dibuktikan.

Tabel 1.  Beberapa Tanaman yang digunakan dalam produksi ekstrak total atau murni yang terstandardidsasi untuk obat modern.
No.
Tanaman
Ekstrak terstandard
1.     
Aloe sp
Ekstrak mengandung 20% hidroksi antrakinon dihitung sebagai aloin.
2.     
Atropa belladonna
Ekstrak mengandung 1% alkaloid dihitung sebagai hyoscyamin.
3.     
Cassia angustifolia
Ekstrak mengandung 45% senosida dihitung sebagai senosid B.
4.     
Capsicum annum
Olearesin mengandung 8-10% capsiccin
5.     
Centella asiatica
Ekstrak mengandung 70% asam triterpen
6.     
Cephaelis ipecacuanhua
Ekstrak mengandung 6% alkaloid dihitung sebagai emetine
7.     
Commiphora mukul resin
Distandardisasi dengan ekstrak etil asetat mengandung 5-7 % gugulsteron.
8.     
Digitalis spp
Ekstrak total digitalis
9.     
Glycyrrhiza glabra
Ekstrak,  total atau murni.
10.   
Ginco biloba
Teborin untuk problem kardiovaskuler
11.   
Hyoscyamus niger
Ekstrak mengandung 1% alkaloid ditetapkan sebagai hyoscyamine.
12.   
Panax ginseng
Ekstrak mengandung 10% saponin dihitung sebagai ginsenosida Rg 1  (kode senyawa)
13.   
Valleriana officinalis
Valleriana wallichii
Ekstrak mengandung 1,3% dan 0,75 % Valepotriats
14.   
Zingiber officinalis
Ekstrak total  / oleorisin.

PEMBUDIDAYAAN TANAMAN OBAT
            Tanaman obat merupakan persediaan untuk obat tradisional dan juga tanaman penghasil obat modern.  Ketersediaan dalam jmlah yang memaai dari tanaman obat dengan kualitas yang cocok / tepat sering merupakan faktor penentu dalam keberhasilan industri fitokimia.  Oleh karena itu ketersediaannya dalam jangka panjang harus dijaga.  Hal ini menegaskan dalam sistem tradisional bahwa kualitas obat ditentukan oleh lingkunan alam dimana tanaman biasanya dapat tumbuh.  Hal ini merupakan bukti kuat bahwa konstituen kimia tanaman sengat dipengaruhi, secara kualitatif dan kuantitatif, oleh letak geografis dan musim atau waktu panen.  Bagaimanapun tidak ada industri fitokimia, baik itu industri obat modern ataupun obat-obat tradisional dapat dibangun berdasarkan pertumbuhan alami tanaman untuk persediaan yang sedikit dan bahaya dari berkurangnnya spesies.  Selanjutnya, mungkin tidak akan ada perbaikan kualitas varietas tanaman kecuali jika dilakukan pembudidayaan.  Oleh karena itu yang terpenting adalah menentukan kriteria bagi kualitas tanaman, dan memastikan bahwa tanaman hasil budidaya memenuhi standard tersebut.  Sejumlah tanaman yangbiasa digunakan dalam sistem pengobatan tradisional di India dan di temat lain suadah termasuk di dalam daftar.  Daftar tanaman yang perlu dibudidayakan terlihat pada tabel 2.

Tabel 2.  Tanaman yang digunakan luas dalam obat modern dan tradisional yang perlu untuk dibudidayakan.

No.
Nama tanaman
1.          
Achyranthes aspera
2.          
Aconitum heterophyllum
3.          
Acorus calamus
4.          
Aloe vera
5.          
Anacyclus pyrethrum
6.          
Andrographis paniculata
7.          
Asparagus recemosus
8.          
Atropa belladona
9.          
Azadirachta indica
10.      
Berberis aristata
11.      
Boswellia serrata
12.      
Capsicum annum
13.      
Cassia sp
14.      
Catharanthus roseus
15.      
Cephaelis ipecacuanhua
16.      
Cinchonna sp
17.      
Commiphora wightii (Syn.C.mukul)
18.      
Crocus sativus
19.      
Datura metel
20.      
Digitalis lanata
21.      
Dioscorea sp
22.      
Duboisisa myoporoides
23.      
Ephedra gerardiana
24.      
Gentiana kurroo
25.      
Gloriosa superba
26.      
Glycyrrhiza glabra
27.      
Meusae nagassarium
28.      
Mucuna pruriens
29.      
Ocimum sp
30.      
Papaver somniferum
31.      
Phyllantus amarus
32.      
Picrorrhiza kurroa
33.      
Piper longum
34.      
Plantago ovata
35.      
Podophullum hexandrum
36.      
Theum emodi
37.      
Sophoa japonica
38.      
Swertia chirata
39.      
Terminalis sp
40.      
Valeriana wallichii
41.      
Withania somnifera
42.      
Zingiber officinalis

            Berkaitan dengan ketersediaan juga diperlukan perbaikan genetik dari spesies khususnya beberapa sifat seperti meningkatkan hasil komponen aktif.  Sebagai  contoh, tanaman digitalis dipilih yang menghasilkan terutama digoksin atau digitoksin dan turunan tanaman ergot yang menghasilkan terutama ergotamin atau ergometrin.  Keberhasilan industri yang bertumpu pada tanaman obat sangat tergantung pada perkembangan dan pembudidayaan varietas-varietas tanaman tersebut.

A.  Gambaran Ekonomi
            Gambaran ekonomi diperlukan sekali untuk melaksanakan sejumlah survey terhadap ketersediaan alami tanaman-tanaman terpilih.  Gambaran ekonomi seperti itu akan memberikan informasi yang berguna yang diperlukan untuk pengadaan unit-unit produksi dan juga mengenai ketersediaan plasma nutfah asli, yang akan tergantung pada langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengawetkannya.

Kultur jaringan dan bioteknologi tanaman untuk perbaikan budidaya tanaman.
            Perkembangan terakhir dalam pembiakan mikroklonal tanaman melalui kultur jaringan berperan besar terhadap pengembangan tanaman obat dengan menghasilkan bahan tanaman bermutu standard.  Beberapa tanaman obat yang berhasil dibiakkan melalui teknik kultur jaringan adalah Cephaelis ipecacuanhua, Rauwolfia serpentina, Dioscorea sp, Valerian, Hyoscyamus niger, Duboisia sp, Solanum sp, dan Cinchona.  Kemajuan terakhir dalam bioteknologi untuk menghasilkan tanaman-tanaman transgenik menambah dimensi baru tanaman sebgai sumber produk-produk farmasi.  Ada beberapa prioritas R&D yang berkaitan dengan pembiakan dan perbaikan tanaman obat.
            Sejumlah tanaman obat yang memiliki nilai ekonomis diperlukan dalam jumlah besar sekitar 50, dan prioritas harus diberikan pada pembudidayaan tanaman-tanaman ini untuk menjamin ketersediaannya.

B.  Menejemen Pemasaran.
            Keberhasilan pembudidayaan tanaman obat tergantung pada sistem menejemen selama pengumpulan, penyimpanan, dan pemasaran tanaman tersebut.  Oleh karena itu suatu organisasi pemasaran harus dipandang sebagai bagian  menyeluruh dari pengembangan tanaman-tanaman obat.  Apalagi, sebgaian dari tanaman-tanaman tersebut berguna sebgai bahan mentah untuk peroduksi fitofarmaka pada industri lokal, yang merupakan pasar dunia yang besar bagi tanaman obat dan juga eksport tanaman obat, tetapi lebih disukai produk-produk yang mempunyai nilai tambah yng dapat memberi keuntungan ekonomi bagi negara-negara berkembang.

C.  Kultur Sel tanaman unuk Produksi Skala Industri Produk-produk Alam
            Kultur sel tanaman memberikan suatu pendekatan / sumber alternatif yang berguna untuk mendapatkan produk-produk alam.  Kultur sel digunakan dalam tiga cara yang terpenting untuk mendapatkan produk-produk alam:
1.      Sebagai sumber alternatif untuk membuat  produk
2.      Sebagai sumber senyawa-senyawa penting
3.      Sebagai suatu sistem biotransformasi untuk mendapatkan oabt dari molekul-molekul awal / prekursor.
Kemajuan nyata terjadi pada dekade akhir dalam teknologi kultur serl dan sejumlah produk tanaman dihasilkan dengan cara ini, yang meliputi:  alkaloid indol, Catharanthus, shikonin, nikotin, anabasin, L-dopa, varepotriat, dan berberin.  Dari kesemuanya kemungkinan hanya shikonin merupakan satu-satunya yang diproduksi secara komersiil dalam skala besar dengan teknik ini.  Alasan utama kurangnya komersialisasi teknologi ini adalah waktu proses untuk sistem sel tanaman yang lama dan konsekuensinya biaya pekerja yang tinggi.  Tetapi pada prinsipnya sistem tersebut sangat memberikan harapan yang baik, dan harus diteliti sebagai alternatif yang dapat dipercaya untuk menghasilkan produk-produk maupun sebagai kunci yang dapat menggambarkan biotransformasi sistem enzim.  Penilaian ekonomi yang tepat terhaap kemungkinan berlangsungnya setiap sistem harus dilakukan.

Lembaga Penelitian untuk  Pengenalan Tanaman Obat Baru.
            Pendiridan suatu industri fitotarmaka akan bekaitan erat dengan pengembangan dan ketersediaan tanaman obat yang bermutu baik yang membutuhkan banyak masukan dari R&D paa saut dasar yang berkesinambungan.  Karena ahli ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu yang diperlukan untuk pembudidayaan berbeda dengan yang diperlukan untuk produksi, maka disarankan agar negara-negara berkembangan mempertimbangkan pengadan lembaga penelitian untuk mengerjakan aspek yang berbeda dari tanaman obat.  Negara-negara Cina dan India (sebagai contoh Central Instritute for Medicinal and Aromatc Plants, Luckhow, India) telah memberikan sumbangan yang besar untuk memperbaiki kehidupan spesies tanaman asli dan memperkenalkan varietas-varietas tanaman kepada masing-masing negara dan pendirian idustri fitofarmaka.
            Tujuan utama dari suatu lembaga penelitian adalah:
  1. Membuat gambaran  ekonomi tenaman-tanaman obat yang penting.
  2. Perbaikan plasma nutfah
  3. Perbaikan varietas dengan seleksi klasik, pembiakan klonal, dan rekombinasi gen.
  4. Pengenalan varietas-varietas baru dengan metode klasik atau kultur jaringan.
  5. Menggunakan kultur sel tanaman untuk produk-produk alam secara industri.
  6. Standardisasi teknologi pasa panen untuk pangawetan dan pengangkutan tanaman.
  7. Dokumentasi dan penyebaran informasi dan menjalin hubungan dengan industri.

Produksi Skala Industri
            Tanaman yang digunakan dala pengobatan sebagian bersar berupa salah satu dari bentuk berikut:
Bahan mentah / simplisia:  segar atau serbuk kering atau diformulasi.
Ekstrak: cairan segar, ekstrak atu rebusan, tingtur, galenik, atau formula ekstrak kering seperti tablet, kapsul, dan sirup, keduanya seperti obat-obat tradisional dan modern.
Senyawa murni (a) sebagai obat, utamanya pada sistem obat  pengobatan modern, (b) sebagai chemical intermediates untuk produksi obat-obat semisintetik.
            Produksi skala industri mencakujp tipe-tipe produk-produk berikut:
1.  Produksi serbuk obat:
  1. Standardisasi serbuk kering seluruh tanaman atau sebagian.
  2. Obat-obat tradisional dibuat dari suatu tanaman atau campuran tanaman sesuai farmakope.
  3. Ekstrak atau galenika digunakan sebagai obat modern.
  4. Senyawa murni untuk obat modern.
2.  Formulasi dan bentuk sediaan dari produk-produk serbuk obat seperti digambarkan point (a).

Produksi dari produk-produk serbuk obat.
            Produksi skala industri produk serbuk obat menuntun pada tanaman multi guna yang membawa pada sejumlah unit operasi / pelaksana, sebagai berikut:
Kumpulan bahan mentah (pembuatan serbuk)
Cairan / perkolasi alkohol / ekstraksi.
Konsentrasi dan pemurnian pelarut / recovery of solvent.
Pengeringan produk.
Destilasi uap untuk konstituen volatile
Separasi dari volatile water-immiscibel oils.
Filtrasi dan pemurnian dengan kristalisasi

Destilasi fraksional.
            Unit operasi tersebut sangat berguna untuk mulai merintis tanaman multi guna yang menuntun semua unit oprerasi ini.  Gambaran rinci telah disiapkan untuk fabrikasi dengan sebuah destilasi serbaguna dengan unit-unit ekstraksi untuk memroses tanaman obat dan aromatik.
            Operasi yang dapat dilakukan dengan baik seara berurut maupun sekaligus antara lain:
  1. Destilasi uap dan pemisahan minyak atsiri
  2. Destilasi fraksional minyak atsiri
  3. Perkolasi dengan solven pada suhu ambient
  4. Ekstraksi dengan solven panas metode Soxhlet.
  5. Ekstraksi dengan pelepasan berulang baik dengan solven panas ataupun dingin
  6. Filtrasi
  7. Vacuum concentration dari ekstrak.
  8. Destilasi solven ‘recovery’
            Produksi ekstrak atau destilat hasil destilasi uap hanya embutuhkan teknologi yang sedrhana dan bisa dijalankan oleh tehnisi dengan kualifikasi dasar di bawah pengawasan seorang supervisor.  Sedangkan separasi dan isolasi kandungan kimia murni pada skala besar merupakan proses yang lebih rumit dan membutuhkan keahlian kimia yang lebih mumpuni.  Pada sebagian bersar kasus, teknologi dapat dikembangakan secara tradisional, secara ‘in house’ oleh industri yang telah memiliki R&D yang baik, atau menyerahkan problem teknologi tersebut pada institusi akademis, bagian kimia daru suatu universitas.

Formulasi, Bentuk sediaan, dan Pengemasan.
            Unit Formulasi bisa digabungkan dengan bagian produksi atau bisa juga dioperasikan sebagai unit terpisah.  Ini kurang lebih sama dengan pabrik formulasi farmasetik yang modern, hanya bedanya adalah bahan baku yang digunakan akan menjadi produk obat yang berlimpah.  Pendapat umum yang menyatakan bahwa unit formulasi yang memproduksi obat tradisional tidak membutuhkan teknologi canggih adlah salah.  Unit formulasi yang memproduksi obat-obatan untuk konsumsi manusia harus mengikuti Good Mnufacturing  Practicese (GMP) untuk menjamin keamanan produknya.  Selain itu terdapat problem khusus pada formulasi ekstrak tnaman,sehingga untuk membuat formulasi yang modern membutuhkan teknologi tingkat tinggi, yang tentu saja tidak kuang dari yang dibutuhkan untuk memformulasi sistem untuk obat-obat modern.
           
GMP
            Kualitas dan keamanan produk farmasetis bisa dipastikan dengan mengikuti prosedur inspeksi yang sesuai dan dicek sebelum, selama, dan sesudah proses produksi, dan tidk bisa dijamin hanya dengan satu kali inspeksi pada bagian akhir proses produksi saja.  Segi ini semakin ditekankan dan beberapa peraturan perundang-undangan telah dibuat untuk menjamin ditaatinya GMP.
            Secara garis besar beberapa definisi dan poin-point yang berhubungan dengan GMP dipaparkan di bawah ini sebagai pedoman umum saja, antara lain:
Dasar pemikiran:  Bangunan harus berada di lokasi yang lingkungannya bersih / sehat dan didesain, dibangun, disesuaikan dan dipelihara sehingga produksi / operasi layak dijalankan di lokasi tersebut.
Peralatan:  Peralatan termasuk pelayanan dan penyimpanan, harus didesain, dibangun, disesuaikan, ditempatkan dan dipelihara sehingga layak untuk proses produksi dan produknya.
Personalia:  tenaga kerja harus mempunyai kualifikasi yang disyaratkan, dan harus tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga layak untuk jalannya proses produksi dan produk yang dihasilkan.
Pemeliharaan yang baik dan pencegahan timbulnya kerugian:  Fasilitas, sistem dan prosedur harus memenuhi standard keamanan yang tinggi, ketertiban dan kesehatan dan memenuhi kebijaksanaan pencegahan timbulnya kerugian dari organisasi.
Prosedur produksi dan dokumentasi:  Proses-proses dan prosedur harus dijabarkan secara jelas pada ’master dokumen’ dan disimjpan dengan baik.  Dokumen hanyakbisa diubah oeh orang yang berwenang dan diinstruksikan secara tertulis.  Prosedur yang dilakukan dan hasil yang diperoleh dari tiap batch hasil produksi harus segera dicatat pada notebook yang disediakan untuk keperluan tersebut dan harus tersedia / bisa dicek dan diinspeksi.
Kontrol kualitas:  Harus aa sistem kontrol kualitas yang sudah ditentukan, terdiri dari pengecekan atas semua bahan yang masuk dan produk yang sudah jadi, pengawasan yang bebas berdiri sendiri, terhadap jalannya proses dan pengujian sampel dari produk jadi.  Orang yang bertugas di kontrol kualitas harus bertanggung jawab langsung hanya pada pimpinan tertinggi.

Penelitian dan Pengembangan
            Industri farmasi berdasarkan pada Litbang.  Hal yang terpenting adalah bahwa unit intustri farmasi harus mempunyai laboratorium litbang yanglengkap dan dalam jumlah yang cukup.  Investasi dalam litbang akan bervariasi dari unit ke unit tergantung pada ketersediaan sumbernya, manusianya dn juga keuangannya.  Dibutuhkan waktu bagi industri tradisional untuk berkembang dengan baik, memecahkan masalah dari waktu ke waktu dan mengasimilasikan teknologi baru.  Adanya litbang ang berdiri sendiri dan taerus melibatkan litbang pada berbagai unit akan sangat membantu tercapainya tujuan tersebut.
            Hal-hal  yang perlu diperhatikan dalam litbang:
  1. Pengembangan teknologi untuk sebagian besar produksi obat-obatan.
  2. Pengembagnan standard kontrol kualitas baik untuk bahan baku maupun produk jadi.
  3. Pengembangan formulasi baru dan bentuk sediaan yang dibuat khusus untuk kondisi iklim sekarang dan disesuaikan dengan bahan baku lokal yang tersedia.
  4. Perpaduan antara teknologi yang diperoleh dan pengembangannya secara kontinyu untuk menghasilkan produk yang kompetitif.
  5. Bioekivalensi, bioavailabilitas dan studi farmakokinetik pada pengembangan bentuk sediaan.
  6. Pencarian sumber-sumber tanaman baru untuk obat-obat yang telah dikenal dan obat baru yang menggunakan tanaman lokal yang tersedia.
            Keadan yang terjadi pada sebgian besar negara berkembang, produksi dan fraksi tanaman ang telah distandardisasi seharusnya menempati prioritas yanglebih tinggi daripada zat aktif murni, karena hanya dibutuhkan teknologi yang sedrhana, karena itu harga produknya menjadi lebih rendah, asalkan hasil uji toksikologi menjujukkan bahwa produk tersebut aman.  Selanjutnya dilakukan penelitian untuk mengetahui komposisi kimiawi dari fraksi campuran dan aksi farmakologis dari masing-masing kandungan untuk meyakinkan keamanan dan kompetibilitasnya.
            Melihat besarnya modal dan mahalnya litbang maka sebaiknya dilakukan kolaboraso baik antara negara yang sedang berkembang maupun antara negara maju dengen negra yang sedang berkembang.

Pengembangan SDM dan Pembangunan Infrastruktur
            Produksi dan marketing di Industri membutuhkan pengalaman dan keahlian yang luas.  Tersedianya personel yang siap latih merupakan faktor kritis dalam memulai dan mengoperasikan unit-unit industri farmasi dan menetapkan oraganisasi marketing.  Baik teknisi maupun ahli menejemen dibutuhkan di sini. 

SIMPLISIA, SARI, EKSTRAK, FRAKSI, DAN ISOLAT

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kucuali dinhyatakan lain simplista merupakan bahan yang dikeringkan.  Simplisia  dapat berupa simplisia babati, simplista hewani, dan simplista pelikan atau mineral.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman.  Yang dimaksud eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.
Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian  hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
           
TATA NAMA
            Kebanyakan simplisia berasal dari tumbuhan.  Penamaan dari simplisia menggunakan bahasa Latin.  Penamaan Latin secara umum menandai adanya simplisia dari bagian tanaman yang diperoleh.  Terminologi yang digunakan untuk menandai adanya bagian dari tumbuhan terlihat pada tabel 1.

Tabel 1.  Terminologi Penamaan Simplisia
No.
Nama Latin
Keterangan
1.  
Radix
Akar, suatu simplisia disebut radix kadang-kadang berisi rhizoma.
2.  
Rhizoma
Merupakan batang yang berada di bawah tanah, tumbuh mendatar, secara umum membawa akar lateral/cabang samping.
3.  
Tuber
Suatu umbi atau badan yang tebal di dalam tanah, meupkana jaringan penyimpanan parenkhimalous dan sedikit ada unsur kayu.
4.  
Bulbus
Bawang, seperti batang di dalam tanah yang dikelilingi oleh nutrisi daun yang.
5.  
Lignum
Kayu, termasuk pula di sini selaput kayu yang tipis, yang jumlah kayunya sangat kecil.
6.  
Cortex
Kulit kayu. 
7.  
Folium
Daun.
8.  
Flos
Bunga
9.  
Fructus
Buah.
10.        
Pericarpium
Kulit buah.
11.        
Semen
Benih atau biji.
12.        
Herba
Semua bagian tanaman meliputi batang, daun, bunga, dan buah, bila ada.

GARIS-GARIS BESAR PEDOMAN PANEN
1.            Biji,saat buah belum pecah (misal Ricinus communis, kedawung).  Caranya:  buah dikeringkan, diambil bijinya.  Biji dikumpulkan dan dicuci, selanjutnya dapat dikeringkan lagi.
2.            Buah, dipanen saat tingkat masak.  Tingkat masak suatu buah dapat dengan parameter yang berbeda-beda, misal: perubahan tingkat kekerasan (misal Cucurbita moschata), perubahan warna (misal melinjo, asam, dll), perubahan bentuk (misal pare, mentimun), perubahan kadar air (misal  belimbing wuluh, jeruk nipis).
3.            Pucuk daun, dipanen pada saat perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif terjadi penumpukan metabolit sekunder, yaitu pada saat berbunga.
4.            Daun tua, diambil pada saat daun sudah membuka sempurna dan di bagian cabang yang menerima sinar matahari langsung sehingga asimilasi sempurna.
5.            Umbi lapis dipanen jika besarnya maksimal dan tumbuhnya di atas tanah berhenti.
6.            Rimpang, diambil pada musim kering dan saat bagian tanaman di atas tanah mengering.
7.            Kulit batang dipanen menjelang kemarau.
Aturan yang ditetapkan dalam pemanenan dan pengumpulan tanaman obat, bertujuan untuk mendapatkan kadar zat aktif yang maksimal.  Pemanenan dilakukan pada dasarnya saat kadar zat aktif paling tinggi.  Metode pemanenan disesuaikan dengan sifat zat aktif tanaman.  Ada yang bisa dipanen dengan mesin dan ada yang harus menggunakan tangan.

BAHAN BAKU
            Bahan baku jamu biasa berasal dari tumbuhan, yang sangat diperngaruhi oleh faktor luar maupun dalam diri tumbuhan tersebut.  Faktor luar antara lain adalah tempat tumbuh, iklim, ketinggian tanah,  pupuk, dll.  Faktor dalam meliputi genetik yang terdapat dalam tumbuhan tersebut.  Hal ini mengakibatkan variasi kandungan kimia yang cukup tinggi.  Kandungan kimia juga berbeda-beda jika dipanen pada saat yang berbeda.
            Ada berbagai cara yang dapat ditempuh untuk mengembangbiakkan tanaman sebagai sumber simplisia.  Pengembangan tersebut dapat dilakukan dengan cara: (1) dengan benih, yang digunakan untuk pembibitan tanaman, (2) dengan bagian tanaman yang bersifat tumbuh seperti batang.  Contoh tanaman yang dikembangbiakkan dengan cara ini adalah Rheum palmatum, Qentiana lulea, (3) Pengembangan pembuahan silang dan mutasi, tujuannya untuk mendapatkan bibit unggul.
  Kandungan kimia bahan baku dapat berupa glikosida, alkaloid, minyak atsiri, karbohidrat, dll.  Bahan tersebut mudah terurai karena berbagai hal seperti suhu, keasaman, sinar matahari, kelembaban, dll.  Adanya masalah tersebut maka standardisasi sangat diperlukan agar produk yang dihasilkan seragam dari waktu ke waktu.
            Bentuk bahan baku mempengaruhi proses ekstraksi.  Bentuk kayu dan akar umumnya keras, cara pengerjannya lain dengan bentuk bunga, daun, rimpang, dan daun buah yang lunak.   Umumnya bahan tersebut dipotong tipis-tipis ataur diserbuk kasar, tergantung cara masing-masing industri.  Ukuran bahan baku mempnegaruhi proses pembuatan ekstrak.  Ukuran tersebut harus disesuaikan dengan bahannya, proses ekstraksi,cairan penyari, dan lain-lain.  Dalam Farmakope kadang-kadang dicantumkan nomor mesh yang dianjurkan tetapi pada prakteknya tergantung pada industri masing-masing.
           

PROSES PEMBUATAN EKSTRAK
1.   Pembuatan Serbuk Simplisia
            Untuk mendapatkan ekstrak yang bermutu, dipengaruhi salah satunya adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia (penyerbukan).  Serbuk dibuat dengan alat yang sesuai dan derajat kehalusan tertentu.  Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar beberapa hal berikut:
Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif / efisien karena luas permukaan yang kontak dengan pelarut makin besar.  Namun demikian, makin halus serbuk, maka makin rumit seara teknologi peralatan unuk tahapan filtrasi.
Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan interaksi dengan benda keras (logam) maka akan timbul panas (kalori) yang dapat berpengaruh pada kandungan senyawa.
2.  Cairan Pelarut
            Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif.  Dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan yang diinginkan.
3.  Separasi dan pemurnian
            Tujuan dari tahapan ini adalah menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa pengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni.
4.  Pemekatan / Penguapan (evaporasi)
            Pemekatan berarti peningkatan jumlah parsial solute (senyawa terlarut secara penguapan pelarut). 
5.  Pengeringan ekstrak.
            Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan serbuk, masa kering-rapuh, tergantung dari proses dan peralatan yang digunakan  Ada beberapa proses pengeringan ekstrak yaitu dengan cara: pengeringan evaprasi, sublimasi, konveksi, kontak, radiasi, dan dielektrik.


6.  Rendemen
            Rendemen terhadap simplisia adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan bobot simplisia awal.  Rendemen dapat dihitung atas dasar bobot basah, maupun bobot isolat terhadap bobot ekstrak.

METODE EKSTRAKSI
1.  Maserasi
            Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).  Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.  Maserasi kinetik  berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus menerus).  Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya.
2.  Perkolasi
            Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (ekhaustive extraction) pad umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.  Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan / penampungan ekstrak), tersu menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
3.  Penyarian dengan Alat Soxhlet
            Metode penyarian dengan alat Soxhlet adalahpenyarian atau ekstaksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi eketraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
4.  Refluks
            Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumna dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.



5.  Digesti
            Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengaduk kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.
6.  Infundasi
            Infundasi adalah ekstaksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infusa tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 90oC) selama waktu tertentu (15 menit).
            Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nababi dengan air pada suhu 90oC.  Pembuatan campur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit mulai suhu 90oC sambil sekali-sekali diaduk.  Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
7.  Dekokta
            Dekokta adalah infundasi pada waktu yang lebih lama (30 menit).  Hal ini dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa yang lebih banyak dalam sari.
8.  Destilasi uap
            Destilasi uap adlah ekstraski senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secar kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian.
            Destilasi uap, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau sebagaian air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu ikut terdestilasi.

*saya lupa dpt sumber ini dari mana, maaf*